Salah satu konsep
dasar matematika adalah pecahan. Konsep pecahan adalah konsep matematika dari
suatu pecahan dan dapat dipandang sebagai relasi atau rasio antara dua
bilangan. Sebuah bilangan pecahan (fraction)
adalah bilangan yang menyatakan bagian dari keseluruhan bagian. Dalam notasi matematika, bilangan
pecahan dinyatakan dengan ,
dengan a, b bilangan bulat dan .
Bilangan a disebut pembilang (numerator)
dan b sebagai penyebut (denominator).
Hakikat transaksi dalam
bilangan pecahan adalah bagaimana cara menyederhanakan pembilang dan penyebut.
Penyederhanaan ini akan memudahkan dalam operasi aritmetika sehingga tidak
menghasilkan angka yang terlalu besar, tetapi tetap mempunyai nilai yang sama.
Dalam cara
pendekatannya, pecahan terdiri atas tiga model. Model pertama disebut model
bagian kelompok yang mengasosiasikan pecahan dengan bagian dari suatu kelompok.
Model kedua disebut model bagian luasan. Dan model ketiga disebut model garis
bilangan yang mengasosiasikan pecahan dengan titik pada suatu garis bilangan.
Ada beberapa jenis
pecahan dalam pembelajaran matematika, diantaranya pecahan biasa, pecahan
campuran yaitu pecahan dengan campuran bilangan cacah dan pecahan biasa,
pecahan desimal, dan pecahan persen yaitu pecahan dalam bentuk per seratus.
Jenis-jenis pecahan
tersebut dapat dioperasikan dalam operasi dasar aritmatika yang melibatkan pecahan,
yaitu operasi penjumlahan pecahan, operasi pengurangan pecahan, operasi
perkalian pecahan, dan operasi pembagian pecahan. Dalam menjumlahkan pecahan dengan
penyebut sama, kita hanya perlu menjumlahkan pembilangnya saja. Untuk
menjumlahkan pecahan yang berpenyebut tidak sama, kita harus mengganti pecahan
tersebut sehingga penyebut yang baru merupakan kelipatan persekutuan terkecil
dari penyebut-penyebut semula, serta mencari kelipatan masing-masing pecahan. Untuk menjumlahkan
pecahan campuran, caranya yaitu menyamakan penyebut dengan nilai pembilang
disesuaikan, menjumlahkan bilangan bulat dan mengelompokkan pecahan,
menjumlahkan pecahan, mengubah pecahan biasa ke pecahan campuran, dan
menjumlahkan bilangan bulat.
Bilangan pecahan
pertama kali digunakan oleh bangsa Mesir Kuno sekitar tahun 1600 SM. Hal ini
dapat dilihat dari tulisan di Papyrus Ahnes. Pada waktu itu, bangsa Mesir hanya
menggunakan pecahan satuan, yaitu pecahan yang pembilangnya berupa angka satu
untuk menyatakan perbandingan. Adapun pecahan-pecahan ditunjukkan dengan
menambah pecahan-pecahan satuan secara bersamaan. Pecahan tersebut ditulis
dengan bahasa Hieroglyph.
Pada saat yang
bersamaan dengan bangsa Mesir Kuno, bangsa Cina Kuno juga mulai mengenal
pecahan. Mereka menyebut ‘penyebut’ dan ‘pembilang’ sebagai ‘ibu’ dan ‘anak’.
Bangsa Romawi dan Babilonia juga mengembangkan pecahan yang sama, dengan
pembilangnya saja. Bangsa Romawi menggunakan 12 sebagai penyebutnya. Sedangkan
bangsa Babilonia menggunakan 60 sebagai penyebutnya.
Konsep pecahan dapat
ditelusuri kembali dari Babilonia, yang telah menggunakan sistem nilai letak.
Pada sebuah tablet Babilonia Kuno, terdapat sebuah bilangan yang menunjukkan
akar kuadrat dari dua. Bilangan tersebut adalah 1,414222, sebuah angka yang
cukup kompleks untuk nilai dari .
Bangsa Mesir Kuno dan Yunani
Kuno hanya menggunakan angka 1 sebagai pembilang dalam pecahan. Sedangkan
bangsa Romawi Kuno menggunakan sistem kata-kata yang menunjukkan bagian dari
keseluruhan.
Orang-orang Hindu
diyakini adalah orang pertama yang menunjukkan pecahan dengan angka, bukan dengan
kata-kata. Brahmagupta dan Bhaskara adalah matematikawan Hindu pertama yang
menulis pecahan seperti pecahan saat ini, tapi tanpa bar (garis horisontal
antara pembilang dan penyebut).
Langkah berikutnya
dalam evolusi notasi pecahan adalah penambahan bar di atasnya. Kemudian diperbaiki sehingga
bar ini diletakkan diantara pembilang dan penyebut. Pecahan seperti ini
diperkenalkan pada tahun 1700-an. Ini karena bar horisontal adalah sulit untuk
digunakan karena mengambil tiga baris teks yang merupakan kekacauan dalam
menangani mesin cetak, sehingga bilangan
pecahan tersebut ditulis dengan bar diagonal. Penggunaan pertama bar diagonal
dalam pecahan terdapat dalam dokumen tulis tangan, Ledger Thomas Twining pada
tahun 1718. Bar diagonal pertama kali dicetak pada tahun 1784, ketika sebuah
garis melengkung menyerupai tanda integrasi digunakan dalam Gazetas de Meksiko
oleh Manuel Antonio. Kemudian bar diagonal tersebut diberi nama dengan garis
miring seperti yang kita kenal sekarang.
Sebuah simbol terkait
yang umum digunakan, tetapi sebagian besar masyarakat tidak mengetahui namanya.
Misalnya, simbol disebut sebagai tanda palang. Meskipun simbol
ini tidak digunakan dalam penulisan untuk menunjukkan sebuah pecahan, namun
simbol ini sangat familiar di masyarakat karena digunakan pada kalkulator untuk
menunjukkan pembagian dan atau pecahan.
Sekarang pecahan umum
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dalam penulisan resep,
pembuatan pakaian, dan lain-lain termasuk dalam pembelajaran matematika dan
notasi sederhana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar